Kalimat Simpleks dan Kompleks

 

            

sumber: google

        

            Sebelum saya menjelaskan apa itu kalimat simpleks dan kompleks, saya akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian tentang klausa. Jadi, apa itu klausa? Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan seringkali mengikutsertakan objek dan keterangan. Nah, berdasarkan pengertiannya tsb kita dapat menyimpulkan, bahwa klausa itu apabila kita lihat dari bentuknya memang mirip seperti kalimat, karena di dalamnya terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Tapi sebenarnya klausa itu bukan kalimat, karena dia tidak diakhiri tanda baca (seperti tanda titik, tanda seru, tanda tanya). Klausa itu dapat menjadi kalimat apabila dia diakhiri dengan tanda baca.

            Kalimat yang sering dijumpai dalam teks laporan hasil observasi itu ada 2 macam, yaitu pertama kalimat simpleks dan kedua kalimat kompleks.

1. Kalimat Simpleks

Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya memiliki satu klausa atau sering disebut juga sebagai kalimat tunggal.

Contoh:    Budi tidur di kelas.               -)      (1 Klausa)

                    S      P    Ket. Tempat

                 Adik bermain bola                -)     (1 Klausa)

                    S        P        O

       -)

                 Ayah membaca koran                 (1 Klausa)

                    S          P          O

       Ketiga kalimat tersebut termasuk ke dalam kalimat simpleks karena kalimat tersebut hanya terdiri atas 1 klausa.

 

2. Kalimat Kompleks

            Kalimat kompleks atau majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Kalimat kompleks/majemuk dibagi menjadi dua macam, yaitu a) kalimat majemuk setara dan b) kalimat majemuk bertingkat.

a)   Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang di dalamnya memiliki dua klausa yang setara. Kalimat majemuk setara biasanya ditandai oleh kata penghubung/konjungsi koordinatif, seperti kata dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, sedangkan. Jadi, kalau di dalam kalimat tersebut terdapat konjungsi koordinatif, berarti kalimat tersebut termasuk ke dalam kalimat majemuk setara.

Contoh: Saya menangkap ayam itu dan Ibu memotongnya.

Koordinatif

 

                 S           P               O    Konj.  S           P

                                        Koordinatif

Kalimat tersebut termasuk ke dalam kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut di dalamnya memiliki dua klausa dan ditandai oleh konjungsi koordinatif dan. Adapun kedua klausa tersebut yaitu:

Klausa 1   : Saya menangkap ayam

Klausa 2   : Ibu memotong ayamnya

Kenapa kedua klausa tersebut harus digabungkan? Karena di dalamnya ada keterkaitan makna. Nah, karena ada keterkaitan makna antara klausa yg satu dengan klausa yg lainnya, maka kedua klausa tersebut harus digabungkan. Proses penggabungan itu nantinya akan menghasilkan sebuah kalimat majemuk setara.

Klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara itu statusnya setara, artinya sama-sama tinggi/penting. Jadi, klausa dalam kalimat majemuk setara itu tidak bisa dihilangkan salah satunya (meskipun kedua klausanya bisa berdiri sendiri), karena kalau dihilangkan nanti makna/artinya akan berbeda.

 

b)   Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang di dalamnya memiliki dua klausa ganda yang tidak sama, di mana klausanya ada yg berperan sebagai induk kalimat (klausa atasan) dan ada klausa yang berperan sebagai anak kalimat (klausa bawahan).

Induk Kalimat     :    Klausa yang sudah bermakna meskipun tanpa terikat/bergabung dengan klausa lain.

Anak Kalimat      :    Klausa yang tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap. Jadi, dia membutuhkan klausa lain untuk memperjelas maknanya.

Kalimat majemuk bertingkat biasanya ditandai oleh kata penghubung/konjungsi subordinatif, seperti  sejak, sementara, sambil, sewaktu, ketika, tatkala, selama, selagi, sehabis, sesudah, setelah, seusai, begitu, sebelum, hingga, sampai, manakala, jikalau, jika, kalau, asalkan, bilamana, apabila, seandainya, seumpama, sekiranya, biar, agar, supaya. Jadi, kalau di dalam kalimat tersebut terdapat konjungsi subordinatif, berarti kalimat tersebut termasuk ke dalam kalimat majemuk bertingkat.

Contoh: Para petani pergi ke sawah sebelum matahari terbit.

S           P    K. Tmpt   Konj.          S        P

                              Subordinatif

Kalimat tersebut termasuk ke dalam kalimat majemuk bertingkat karena kalimat tersebut di dalamnya memiliki dua klausa yang berperan sebagai induk kalimat dan anak kalimat, selain itu kalimat tersebut juga di dalamnya ditandai oleh konjungsi subordinatif sebelum. Adapun kedua klausa tersebut yaitu:

Induk Kalimat     :    Para petani pergi ke sawah

Anak Kalimat      :    Matahari terbit

 

Kenapa klausa “Para petani pergi ke sawah” merupakan induk kalimat? Karena klausa tersebut bisa berdiri sendiri/sudah memiliki makna yang jelas, sehingga klausa tersebut tidak membutuhkan klausa lain untuk memperjelas maknanya. Sementara, klausa “matahari terbit” termasuk ke dalam anak kalimat, karena klausa tersebut membutuhkan klausa lain untuk memperjelas maknanya, dan ketika klausa tersebut tidak dikaitkan dengan klausa lain maka makna klausa tersebut akan aneh/ambigu, oleh karena itu klausa tersebut harus selalu dikaitkan dengan klausa lain agar maknanya menjadi jelas.

 



         -Ade Leny Rahmawati-


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meringkas Teks Hasil Observasi

TEKS BIOGRAFI

Proses Terjadinya Hujan