CONTOH ANALISIS STRUKTUR TEKS BIOGRAFI
Sumber: https://id.wikipedia.org
Perhatikan contoh analisis struktur teks biografi berikut ini!
Kutipan Teks
|
Bagian Struktur
|
B.J. Habibie
adalah salah seorang tokoh panutan dan
menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia. Beliau adalah Presiden
ketiga Republik Indonesia. Nama dan gelar lengkapnya Prof. DR (HC). Ing. Dr.
Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi
Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei
1962 dan dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
|
Orientasi
|
Habibie
menjadi yatim sejak kematian bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September
1950 karena terkena serangan jantung. Setelah ayahnya meninggal, ibunya
menjual rumah dan kendaraannya kemudian pindah ke Bandung bersama
anak-anaknya. Ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya.
|
Kejadian-kejadian penting
|
Masa kecil
Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat
tegas dan selalu memegang prinsip yang diyakini telah ditunjukkan habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang
punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas sejak
masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
|
|
Habibie
kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, kecerdasan
beliau dan prestasinya tampak menonjol, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi
sosok favorit di sekolahnya. Atas kecerdasannya, setelah tamat SMA di Bandung
tahun 1954, beliau masuk ke ITB (Institut Teknologi Bandung). Namun, ia tidak
menyelesaikan S-1 nya di sana karena mendapatkan beasiswa dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman. Habibie
terinspirasi pesan Bung Karno tentang pentingnya dirgantara dan penerbangan
bagi Indonesia. Oleh karena itu, ia memilih jurusan teknik penerbangan dengan
spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).
|
|
Demi ibunya
yang telah bersusah payah membiayai hidup dan pendidikannya, Habibie belajar
dengan sungguh-sungguh. Tekadnya harus jadi orang sukses. Pada saat kuliah di
Jerman tahun 1955, di Aachen, 99%
mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberi beasiswa penuh. Hanya beliaulah
yang memiliki paspor hijau.
|
|
Ketika musim
liburan tiba, ia menggunakan waktunya untuk mengikuti ujian dan bekerja.
Sehabis masa libur, ia kembali fokus belajar. Gaya hidupnya ini sangat
berbeda dibandingkan teman-temannya yang memilih menggunakan waktu liburan
musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman, tanpa mengikuti ujian.
|
|
Tahun 1960,
Habibie berhasil mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule Jerman dengan predikat cumlaude (sempurna) nilai rata-rata 9,5. Dengan gelar insinyurnya
itu, Habibie mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta
api di Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang
bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya
besar.
|
|
Talbot
membutuhkan 1000 wagon. Mendapat tantangan seperti itu, Habibie mencoba
mengaplikasikan cara-cara konstruksi membuat sayap pesawat terbang. Metode itu
ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
|
|
Habibie
kemudian melanjutkan studinya di Technische
Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aschen.
|
|
Habibie
menikah dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyongnya ke Jerman.
Hidupnya makin keras. Pada pagi hari, Habibie terkadang harus berjalan kaki
cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat biaya hidup. Ia pulang
pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya. Demi menghemat, istrinya harus mengantrie
di tempat pencucian umum untuk mencuci.
|
|
Pada tahun
1965, Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (sangat sempurna)
dengan nilai rata-rata 10 dari Technische
Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aschen. Habibie mendapatkan
gelar Doktor setelah menemukan rumus yang ia namai “Faktor Habibie” karena
bisa menghitung keretakan atau krack
propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Habibie dijuluki
sebagai Mr. Crack.
|
|
Pada tahun
1967, Habibie menjadi Profesor Kehormatan (Guru Besar) pada Institut
Teknologi Bandung. Kejeniusan dan prestasi mengantarkan Habibie diakui
lembaga internasional, di antaranya Gesselschaft
fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society Londong (Inggris),
The Royal Swedish Academy of Engineering
Sciences (Swedia), The Academie
Nationale de I’Air et de I’Espace (Perancis), dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).
|
|
Penghargaan
bergengsi yang pernah diraih Habibie adalah Edward Warner Award dan Award von
Karman yang hampir setara dengan hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie
mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesha
Praja Manggala Bhakti Kencana.
|
|
Di Indonesia,
Habibie menjadi Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun, Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), memimpin perusahaan BUMN strategis,
dipilih menjadi Wakil Presiden RI dan menjadi Presiden RI ke-3 setelah
Soeharto mundur pada tahun 1998. Pada masa jabatan Habibie, terjadi
referendum di Timor Timur, sampai akhirnya Timor Timur memisahkan diri dari
Indonesia. Dalam masa jabatannya yang singkat, B.J. Habibie telah meletakkan
dasar bagi kehidupan demokrasi dan persatuan wilayah di Indonesia dengan
disahkannya undang-undang tentang otonomi daerah dan undang-undang tentang
partai politik, UU tentang Pemilu dan UU tentang susunan kedudukan DPR/MPR.
|
|
Turun dari
jabatan sebagai Presiden, Habibie kembali ke Jerman bersama keluarga. Pada
tahun 2010, Ainun meninggal dunia karena kanker. Sebagai terapi atas
kehilangan orang yang dicintai, Habibie membuat tulisan tentang kisah kasih
dengan Ainun, yang kemudian di bukukan dengan judul “Ainun dan Habibie”. Buku
ini telah difilmkan dengan judul yang sama.
|
Reorientasi
|
Komentar
Posting Komentar