TUGAS ANALISIS STRUKTUR TEKS BIOGRAFI 1
Petunjuk:
1. Bacalah kembali materi tentang struktur teks biografi!
2. Bacalah teks biografi berjudul "Dewi Sartika" dan analisislah struktur teksnya!
Dewi Sartika
Sumber: fimela.com
Dewi
Sartika dilahirkan dari keluarga priayi Sunda, yaitu pasangan Nyi Raden
Rajapermas dengan Raden Somanagara. Meskipun bertentangan dengan adat waktu
itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda.
Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakak ibunya) yang
menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan
mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya
dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.
Sejak
kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih
kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, ia sering memperagakan
praktik di sekolah, belajar baca-tulis, dan bahasa Belanda kepada anak-anak
pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting
dijadikannya alat bantu belajar.
Saat Dewi Sartika baru berumur
sekitar sepuluh tahun, Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan
beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak
pembantu kepatihan. Gempar karena waktu itu belum ada anak (apalagi anak rakyat
jelata) yang memiliki kemampuan seperti itu dan diajarkan oleh seorang anak
perempuan.
Setelah remaja, Dewi Sartika
kembali lagi kepada ibunya di Bandung. Jiwanya yang telah dewasa semakin
menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh
pamannya, Bupati Martanagara, yang memang memiliki keinginan yang sama. Namun,
meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta
merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu
itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namun, karena kegigihan
dan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan
pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.
Tahun 1906, Dewi Sartika menikah
dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata. Dari pernikahannya itu, ia memiliki
putra bernama R. Atot, yang merupakan
Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib
Bandung. Suami dari Dewi Sartika memiliki visi dan cita-cita yang sama dengan
Dewi Sartika. Suaminya itu guru di sekolah Karang Pamulang yang saat itu
merupakan sekolah latihan guru.
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah
merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang
rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya
yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan
sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu.
Usai berkonsultasi dengan Bupati
R.A.A Martanagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri
(Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang: Dewi
Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid
angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo
Kabupaten Bandung.
Pada tahun-tahun berikutnya di
beberapa wilayah Pasundan, bermunculan beberapa Sakola Istri (Sekolah
Perempuan), terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki
cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912, sudah berdiri Sembilan
Sakola Istri di kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki
usia kesepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan
Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang
belum memiliki Sakola Kautamaan Istri
tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, Sakola Kautamaan
Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap
memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920,
ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan.
Bulan September 1929, Dewi
Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun
yang kemudian berganti nama menjadi “Sekolah Raden Dewi”. Atas jasanya dalam
bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah
Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal 11
September 1947 di Tasikmalaya dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman
sederhana di pemakaman Cigagadon, Desa
Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian, dimakamkan kembali di Kompleks
Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Komentar
Posting Komentar